Merindu Pada Hujan Tapi Aku Takut Hujan
Hujan.. saat rindu ini tak lagi terbendung, aku hanya menatapmu dari luar. Dan hujan.. memberi satu cerita lagi.. dari sekian banyak cerita. Entah sampai kapan menunggu.. menunggu hujan berhenti tapi...
Aku rindu.. tapi aku takut hujan. Hujan datang dengan damai, tapi aku takut.. takut hujan membasahi pipiku lagi.
Aku takut.. auranya menyingkapi kulitku. Aku takut kedinginan.
Hujan.. ketika setetes saja kau membasahi rambutku, sakitku sekujur badan. Sakit yang tak ku harap datang, dan seketika kau pergi meninggalkan kemerahan pada kulitku.
Aku rindu.. Ya! Aku rindu!! Rindu masa kecilku yang tidak takut hujan. Rindu hujan turun dan menggenangi saluran air disekitar rumahku. Rindu ketika melihat air setinggi 10 cm. Rindu membuat perahu kertas. Rindu berlari-lari kecil sambil memercikkan air ke badan teman-temanku dengan penuh keriangan.
Hujan.. cerita yang kau buat selalu berkesan. Berkesan mendalam dalam benakku. Seperti rasa traumatik yang membekas dalam hati yang tak kunjung hilang. Kau tau hujan?? Melihatmu aku iri.. iri ketika kau datang bersama dengan ratusan ribu bahkan milyaran teman-temanmu yang berasal dari uap awan.
Sedangkan aku? Aku sendiri hujan.. dan hanya mampu menatapmu dikejauhan. Mungkin sesekali aku memandang dan merasakan sentuhanmu. Hanya sesekali dan kemudian aku menjauh karena aku sadar kau akan melakukan hal yang sama lagi denganku.
Kau tau hujan? Kau bagian dari Rahmat-Nya. Kau bagian dari doa yang mustajabah. Ketika kau turun, semua berlomba-lomba memanjatkan doa. Aku merindumu hujan..
Aku tau istimewanya dirimu.. aku takjub pada Kebesaran-Nya dengan menghadirkan dirimu. Betapa indah kau hujan.. meskipun jika kau terus menerus jatuh ke bumi saja, bencana terjadi. Air bah dimana-mana. Tapi kau bagian dari berkah. Berkah Tuhan ketika makhluk lain membutuhkan manfaatmu.
Ketika bumi kekeringan kau hadir membasahi. Sehingga tumbuhan dan hewan pun ikut menyambut dengan suka cita. Kau memberi kehidupan baru bagi mereka, hujan. Dan yang aku suka lagi darimu adalah ketika kau pergi meninggalkan langit yang berwarna-warni. Membentuk lengkungan indah bergaris rapi seperti papan luncur berwarna yang siap untuk ku naiki dan orang sering menyebutnya pelangi.
Ketika ku merindumu hujan, tapi aku takut padamu.. Aku rindu disaat kau turun berirama membawa wangi tanah yang bagiku cukup menenangkan. Membuatku terlelap dibalik selimut tebal nan hangat.
Meskipun aku tak tau kapan kau akan datang, tapi setidaknya kulitku merasakan kehadiranmu.. walau itu tak membuatku suka. Aku harus tersiksa lagi jika kau datang.
Inginku menyalahkanmu.. tapi aku menyukaimu. Aaah.. ini seperti jatuh cinta.. aku tidak menyukai itu! tapi aku tetap merasakannya. Kau tau hujan? Jatuh cinta itu menyakitkan.. Betapa tidak? Aku harus membuang-buang waktuku hanya untuk memikirkan seseorang yang aku sendiri tidak tau yang aku pikirkan merasakan hal yang sama atau tidak. Dan aku benci itu..
Apa yang harus ku lakukan hujan? Sedang kau pernah mengesankanku ketika rintikmu datang. Kata orang itu romantis. Tapi aku tak merasakan itu..
Kata orang kau itu menenangkan, tapi kata sebagian lagi kau itu menakutkan.
Aku rindu.. tapi aku takut hujan. Hujan datang dengan damai, tapi aku takut.. takut hujan membasahi pipiku lagi.
Aku takut.. auranya menyingkapi kulitku. Aku takut kedinginan.
Hujan.. ketika setetes saja kau membasahi rambutku, sakitku sekujur badan. Sakit yang tak ku harap datang, dan seketika kau pergi meninggalkan kemerahan pada kulitku.
Aku rindu.. Ya! Aku rindu!! Rindu masa kecilku yang tidak takut hujan. Rindu hujan turun dan menggenangi saluran air disekitar rumahku. Rindu ketika melihat air setinggi 10 cm. Rindu membuat perahu kertas. Rindu berlari-lari kecil sambil memercikkan air ke badan teman-temanku dengan penuh keriangan.
Hujan.. cerita yang kau buat selalu berkesan. Berkesan mendalam dalam benakku. Seperti rasa traumatik yang membekas dalam hati yang tak kunjung hilang. Kau tau hujan?? Melihatmu aku iri.. iri ketika kau datang bersama dengan ratusan ribu bahkan milyaran teman-temanmu yang berasal dari uap awan.
Sedangkan aku? Aku sendiri hujan.. dan hanya mampu menatapmu dikejauhan. Mungkin sesekali aku memandang dan merasakan sentuhanmu. Hanya sesekali dan kemudian aku menjauh karena aku sadar kau akan melakukan hal yang sama lagi denganku.
Kau tau hujan? Kau bagian dari Rahmat-Nya. Kau bagian dari doa yang mustajabah. Ketika kau turun, semua berlomba-lomba memanjatkan doa. Aku merindumu hujan..
Aku tau istimewanya dirimu.. aku takjub pada Kebesaran-Nya dengan menghadirkan dirimu. Betapa indah kau hujan.. meskipun jika kau terus menerus jatuh ke bumi saja, bencana terjadi. Air bah dimana-mana. Tapi kau bagian dari berkah. Berkah Tuhan ketika makhluk lain membutuhkan manfaatmu.
Ketika bumi kekeringan kau hadir membasahi. Sehingga tumbuhan dan hewan pun ikut menyambut dengan suka cita. Kau memberi kehidupan baru bagi mereka, hujan. Dan yang aku suka lagi darimu adalah ketika kau pergi meninggalkan langit yang berwarna-warni. Membentuk lengkungan indah bergaris rapi seperti papan luncur berwarna yang siap untuk ku naiki dan orang sering menyebutnya pelangi.
Ketika ku merindumu hujan, tapi aku takut padamu.. Aku rindu disaat kau turun berirama membawa wangi tanah yang bagiku cukup menenangkan. Membuatku terlelap dibalik selimut tebal nan hangat.
Meskipun aku tak tau kapan kau akan datang, tapi setidaknya kulitku merasakan kehadiranmu.. walau itu tak membuatku suka. Aku harus tersiksa lagi jika kau datang.
Inginku menyalahkanmu.. tapi aku menyukaimu. Aaah.. ini seperti jatuh cinta.. aku tidak menyukai itu! tapi aku tetap merasakannya. Kau tau hujan? Jatuh cinta itu menyakitkan.. Betapa tidak? Aku harus membuang-buang waktuku hanya untuk memikirkan seseorang yang aku sendiri tidak tau yang aku pikirkan merasakan hal yang sama atau tidak. Dan aku benci itu..
Apa yang harus ku lakukan hujan? Sedang kau pernah mengesankanku ketika rintikmu datang. Kata orang itu romantis. Tapi aku tak merasakan itu..
Kata orang kau itu menenangkan, tapi kata sebagian lagi kau itu menakutkan.
0 komentar:
Posting Komentar